Dalam program pendidikan keberbakatan yang komperhensif dipertimbangkan macam-macam tokoh yang dapat menjadi guru anak berbakat, dan mereka memainkan peranan yang penting dalam program anak berbakat. Diantara ini tokoh-tokoh yang dapat menjadi guru untuk anak berbakat serta diminta peranannya dalam pengembangan program bagi anak berbakat yaitu :
1. Mentor pada program anak berbakat
Seeley membedakan pengertian mentor pribadi (personal mentor) dan mentor sebagai narasumber (resource mentor). Mentor pribadi ialah seseorang yang diidentifikasi anak sebagai mentor dan yang mempunyai pengaruh besar. Dari sudut tinjau sekolah, mentor anak berbakat adalah yang diidentifikasi oleh guru yang memanfaatkan tokoh-tokoh dalam masyarakat untuk tujuan memperluas pengalaman belajar anak. Anak ditugaskan oleh guru untuk menghubungi mentor sebagai sumber belajar.
Mentor narasumber adalah masyarakat yang dapat memberi pengalaman pendidikan tambahan dalam salah satu bidang keahlian. Misalnya seorang analis computer, seorang seniman, atau seorang yang ahli dalam geografi perkotaan. Namun, belum tentu anak melihat mentor narasumber yang ditunjuk oleh guru sebagai mentor pribadi.
Dalam pendidikan anak berbakat kita perlu memahami hubungan mentor dengan anak. Kita perlu menyadari bahwa mentor sebagai narasumber dapat disebut sebagai mentor untuk tujuan program, tetapi anak mungkin mempunyai mentor pribadi lain yang penting – apakah itu orang tua, anggota keluarga, tetangga, guru atau lainnya. Peranan mentor dalam perkembangan tokoh-tokoh yang ulung sangat besar. Penelitian mengenai perkembangan orang dewasa menekankan pentingnya mentor dalam keberhasilan pribadi dan karier.
Karakteristik yang penting dari mentor ialah sebagai berikut :
a. Mempunyai keterampilan, minat, atau kegiatan khusus yang menarik minat siswa
b. Mampu membina siswa kepengalaman pribadi yang bermakna
c. Bersifat fleksibel dalam membantu kegiatan siswa
d. Merupakan model peran dari siswa
e. Menunjukkan minat terhadap siswa sebagai pelajar dan sebagai individu
Hubungan mentor dengan siswa
Boston (dikutip oleh Sisk, 1987) menganalisis hubungan antara mentor dengan siswa berbakat dan menyimpulkan :
a. Program mentor dalam pendidikan anak berbakat haruslah berakar dalam belajar eksperimental
b. Baik mentor ataupun siswa berbakat melibatkan diri dalam komitmen dwi rangkap (dual commitment)
c. Program mentor untuk siswa berbakat haruslah berakhir terbuka dalam arti memberi kemungkinan untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah
d. Instruksi dan evaluasi haruslah berdasarkan kompetensi
2. Orang tua
Menurut Delp dan Martinson (dikutip Feldhusen et. al, 1989) member saran bagaimana sekolah dapat melibatkan orangtua anak berbakat, antara lain :
a. Orangtua member informasi mengenai anaknya untuk membantu menentukan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perkembangan anak berbakat
b. Orangtua membantu guru dalam menyelenggarakan proyek individual, program mentor, kelompok minat khusus, dan karya wisata.
c. Orangtua berperan serta dalam panitia penasihat untuk masalah anak berbakat.
Ini hanya beberapa gagasan untuk mencipta iklim agar orang tua berperan serta dalam pelayanan pendidikan berbakat. Mendengar pendapat orang tua dan mendapat dukungan mereka akan mempunyai dampak yang bermakna terhadap pengembangan potensi anak
3. Psikolog
Psikolog dapat membantu dalam mengembangkan kesempatan pelatihan intensif untuk guru anak berbakat, dengan membantu guru lebih memahami sifat dan kebutuhan anak berbakat, mengembangkan metode yang mendorong pertumbuhan kreatifitas, harga diri, dan rasa ingin tahu (kemelitan). Psikolog dapat mendukung program anak berbakat dengan membantu orang tua menghadapi kebutuhan dan minat khusus anak berbakat, membantu mengidentifikasi anak berbakat dan menyusun program untuk kelompok-kelompok khusus dari anak berbakat, seperti anak berbakat yang berada dalam kedudukan yang tidak menguntungkan, misalnya yang menyandang ketunaan. Dengan bantuan psikolog dalam mengembangkan profil kebutuhan individual anak berbakat, guru dapat mengembangkan rencana pendidikan yang lebih sesuai (Sisk, 1987)
4. Konselor
Anak berbakat biasanya jarang mendapatkan layanan bimbingan dan konseling karena dua alasan (van Tassel-Baska, 1983 ) banyak pendidik berpendapat bahwa konseling terutama adalah untuk siswa yang bermasalah dan kurangnya personalia yang terlatih untuk dapat melayani kebutuhan konseling anak berbakat.
Konselor dapat membantu siswa berbakat untuk belajar lebih memahami diri sendiri dan untuk mengambil keputusan yang bijak, baik dalam menentukan mata ajaran pilihan maupun dalam bidang karier.
Karakteristik Guru Anak Berbakat
Daftar ciri guru anak berbakat yang dihimpun oleh Davis (dikutip Sisk, 1978) menyebutkan ciri-ciri sebagai berikut : sikap demokratis, ramah dan member perhatian perorangan, sabar, minat luas, penampilan yang menyenangkan, adil, tidak memihak, rasa humor, perilaku konsisten, member perhatian terhadap masalah anak, kelenturan (fleksibilitas), menggunakan penghargaan dan pujian, dan kemahiran yang luar biasa dalam mengajar subjek tertentu.
Daftar dari Devis ini kemudian dinilai oleh 60 siswa berbakat dari program anak berbakat untuk sekolah menengah. Hasilnya menunjukan bahwa ciri-ciri professional, seperti minat untuk belajar dan kemahiran dalam mengajar, dinilai lebih penting daripada ciri seperti penampilan dan sikap yang menyenangkan. Dalam penilaian ciri-ciri guru anak berbakat mana yang menurut mereka paling penting dengan dapatmenambahkan ciri-ciri lain, diperoleh urutan sebagai berikut:
Urutan Pilihan Persentase
1. Kompetensi dan minat untuk belajar 98
2. Kemahiran dalam mengajar 95
3. Adil dan tidak memihak 93
4. Sikap kooperatif dan demokratis 92
5. Fleksibilitas 90
6. Rasa humor 90
7. Menggunakan penghargaan dan pujian 88
8. Minat Luas 85
9. Member perhatian terhadap masalah anak 83
10. Penampilan dan sikap yang menarik 79
Sumber: Sisk, D. 1987 Creative teaching of the gifted New York: McGraw-Hill
Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional dan pribadi. Karakteristik filosofis penting Karena cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar. Misalnya, guru yang percaya bahwa penyelenggaraan pendidikan anak berbakat dalam bentuk program “pull-out”, kelas khusus, atau sekolah khusus menciptakan kelompok elite akan mendekati program seperti itu dengan perasaan negative dan semangat yang kurang terhadap program anak berbakat. Jika guru memandang ke-berbakatan sebagai meliputi potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas (task commitment), kreativitas, dan prestasi tinggi, mereka akan menggunakan pendekatan terhadap anak berbakat dari segi kekuatan, dan cenderung untuk berpusat terhadap bahan mata ajaran. Sebaliknya guru yang memandang ke-berbakatan sebagai meliputi kekuatan dan kelemahan perorangan, pendekatan mereka dalam situasi mengajar berpusat pada siswa berbakat perorangan.
1. Karakteristik Filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah mengusulkan rencana membuat kelas khusus untuk anak berbakat dalam matematika dan bahasa, yang meliputi baik pengayaan (enrichment) maupun percepatan (akselerasi). Dalam pertemuan guru, tujuan dari program dijelaskan dan kepala sekolah mempersilahkan guru-guru menyatakan apakah mereka mendukung atau kurang menyetujui rencana program tersebut.
Strom (1983) mengemukakan konflik filosofis lain yang dapat dialami guru dengan anak berbakat. Guru cenderung berfikir bahwa anak berbakat dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan. Terkadang guru cenderung berfikir bahwa selama anak berbakat mencapai nilai tinggi dan tidak menimbulkan masalah, tidak perlu mempertimbangkan ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka. Akibat dari pertimbangan guru seperti ini ialah bahwa anak berbakat berprestasi dibawah kemampuan mereka. Penelitian dilakukan di Iowa, sebagaimana dilaporkan oleh strom, menunjukkan bahwa 45% dari siswa dengan IQ diatas 130 mencapai nilai rata-rata dibawah C.
Menurut Wellborn (dikutip Sisk, 1987) guru dapat mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreatifitas didalam kelas. Siswa berbakat yang kreatif melaporkan bahwa mereka didalam kelas dimarahi, dicemoohkan, dan tidak memperoleh tantangan dalam belajar.
2. Karakteristik professional oleh guru dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan (in-service training) seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju (advanced) dalam mata ajaran tertentu, memberikan pelatihan inquiry, dan memahami ilmu computer.
Plowman (dalam Sisk,1987) membedakan 10 kelompok karakteristik professional guru anak berbakat, yaitu :
- Assessment anak berbakat
- Pengetahuan tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat
- Penggunaan data assessment dalam merencanakan program individual untuk anak berbakat
- Pengetahuan tentang model kurikulum yang penting untuk pendidikan anak berbakat
- Kemampuan dalam menggunakan dinamika kelompok
- Pengetahuan tantang berbagai program untuk anak berbakat, minat dan komitmen terhadap pembelajaran anak berbakat
- Pengetahuan tentang aturan dan hukum sehubungan dengan pendidikan anak berbakat
- Pengetahuan dan kemampuan untuk membimbing anak berbakat dan orang tua mereka
- Pengetahuan tentang kecendrungan dan isu dewasa ini dalam pendidikan anak berbakat
3. Karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran , minat luas, dan kelenturan (fleksibelitas).
Lindsey (dalam sisk,1987) menyimpulkan karakteristik pribadi dari guru yang berhasil bekerja dengan anak berbakat, mencakup memahami dan menerima diri sendiri,mempunyai kekuatan ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual di atas rata- rata serta bertanggung jawab terhadap perilaku diri sendiri dan akibatnya. Karakteristik pribadi lainnya dari guru anak berbakat ialah empati, tenggang rasa, orisinalitas, antusiasme, dan aktualisai diri.
Dari cirri – cirri diatas, seperti fleksibelitas, orisinalitas, ternyata bahwa guru anak berbakat perlu memilki kreativitas, agar dapat memberi tantangan dalam mengajar anak berbakat, serta dapat pula mengembangkan kreativitas bangsa.
Penelitian yang dilakukan Evita Adnan(1995) mengenai kreativitas dan sikap guru terhadap penerapan pendekatan CBSA dengan prestasi belajar siswa SD, menunjukan hubungan yang bermakna antara kreativitas guru dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar. Keberhasilan dalam pengembangan dan pelaksanaan program anak berbakat banyak bergantung dari guru yang memiliki ketrampilan di perlukan ,ciri – ciri pribadi, dan filosofis yang menunjang tujuan program.
terimakasih ka yuli artikel nya sangat bermanfaat
BalasHapuskaos muslim anak - kaos muslim keluarga
Terima kasih infonya...ijin sharing.
BalasHapus